Penulis: Helmy Faizi Bahrul Ulumi
Halaman: xvi + 320
Ukuran: 18,21 x 25,7 cm
Harga: Rp. 136.000
Buku ini bermaksud menjelaskan praktik ziarah yang dilakukan pada berbagai tempat keramat yang tersebar di wilayah di Banten. Praktik ziarah itu memperlihatkan fenomena yang kompleks mulai dari keragaman objek, peziarah, serta kekayaan narasi yang mendukungnya. Secara spesifik, buku ini berusaha menjawab permasalahan tentang bagaimanakah sinkretisme muncul dalam tradisi ziarah keramat di Banten dengan menggunakan metode penelitian etnografi yang bersifat deskriptif kualitatif dan dengan menggunakan pendekatan antropologis. Sumber data primer buku ini adalah data lapangan yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, sementara data sekunder diperoleh dari dokumen dan literatur yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian buku ini.
Buku ini membuktikan bahwa sinkretisme antara Islam dan budaya lokal dalam ziarah keramat di Banten muncul dalam berbagai lapisan mulai dari tipologi tempat keramat, motivasi berziarah, narasi mitologi, ritual, hingga kepercayaan yang mendasarinya. Lapisan-lapisan itu terbentuk karena ziarah keramat bukanlah fenomena yang homogen melainkan sebuah spektrum ekspresi keagamaan dan budaya yang kompleks yang lahir dari heterogenitas para pelakunya. Kompleksitas ini menghadirkan kesalingterhubungan antara lapisan-lapisan itu, seperti keterhubungan yang dilahirkan oleh peziarah terhadap objek keramat yang berbeda. Buku ini memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang menjelaskan tentang tradisi ziarah, seperti Jamhari dan Muhaimin A.G., yang menjelaskan praktik ziarah pada makam wali dengan motivasi yang berbeda-beda; Paul Younger yang mengatakan bahwa tradisi ziarah tidak selalu merujuk pada tempat-tempat yang memiliki keterkaitan dengan agama yang dianut, tetapi karena adanya keyakinan pada ’kelebihan’ atau ’keajaiban’ yang menjadi solusi berbagai persoalan pragmatis; Huub de Jonge yang menegaskan ziarah Gunung Kawi adalah representasi islamisasi tempat ziarah kuno pra-Islam, serta Wim van Binsbergen yang menyatakan bahwa sinkretisme muncul dalam tradisi ziarah masyarakat muslim di situs megalitik Gunung Nagara Padang.