Buku: “Tafsir Ayat Kauniyah” ini, terutama menjelaskan tentang sistematika penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu alam atau sains dan realitas alam. Oleh karena itu, buku ini dapat bermanfaat juga bagi para ilmuwan muslim yang tertarik untuk mencari isyarat-isyarat ilmiah yang diungkap dalam simbol-simbol ayat Al-Qur’an.
Manakala para ilmuwan dan intelektual ~baik saintis atau sosiolog~ mulai tertarik tentang kemungkinan kontribusi kitab suci terhadap keberadaan sains dan teknologi, termasuk Albert Einstein yang pernah menyatakan bahwa: ”knowledge without Religion is Blind and Religion without Knowedge is Lame”, maka hal itu adalah pekerjaan besar bagi para mufassir/penafsir Al-Qur’an, misalnya untuk dapat memberikan ruang kepada para ilmuwan agar mereka dapat diizinkan masuk ke dunia tafsir kitab suci, termasuk Al-Qur’an. Buku yang ada di tangan pembaca ini, hendak menawarkan solusi metodologis sehingga terjadi kerjasama antara ilmuwan dengan mufassir Al-Qur’an guna terciptanya teori-teori baru yang berasal dari isyarat-isyarat kitab suci.
Terdapat lebih dari 750 ayat Al-Qur’an yang terkait dengan realitas alam yang belum diteliti secara maksimal. Disinilah pentingnya memahami dan mengaplikasikan ”Sistematika Tafsir Ayat Kauniyah” agar permasalahan lingkungan (environment), teori-teori ilmu modern, filsafat sains, dan sebagainya dapat dijawab dengan menggunakan paradigma ilmu tertentu ~sesuai tema pembahasan yang diteliti~ berdasarkan frame penafsiran Al-Qur’an yang dapat dipertanggung-jawabkan secara teoritis dan aplikasi keislaman. Indikasinya adalah dapat menciptakan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia (rahmatan lil ’âlamîn) dengan tetap memelihara makna-makna universal Al-Qur’an.
Hal tersebut dapat dilakukan di dunia akademis misalnya, dengan mengajarkan sistematika ”Tafsir Ayat Kauniyah” ini dalam bingkai ”Tafsir Ilmi”, kepada para mahasiswa khususnya, terutama di fakultas-fakultas umum. Sedangkan untuk tema aplikasi atau contoh dari ”Tafsir Ayat Kauniyah” dimaksud, dapat disesuaikan dengan jurusan atau program studi masing-masing. Hal itu dianggap lebih relevan, daripada harus memberikan mata kuliah: ”Islamologi” pada Universitas-Universitas Islam yang dapat memberatkan jumlah SKS (sistem kredit semester) mahasiswa dan tidak terkait langsung dengan keilmuan yang mereka minati. Tentu saja diperlukan inovasi untuk merekatkan keilmuan yang diminati mahasiswa dengan nilai dan ”isyarat-isyarat ilmiah” Qur’ani. Selanjutnya Sistematika Tafsir Ayat Kauniyah tersebut dipraktikan dengan mengadakan kerjasama penelitian antara ilmuwan dengan mufassir Al-Qur’an.
Pembahasan buku ini, juga mengemukakan tentang syarat dan keilmuan yang hendaknya dapat dikuasai oleh para mufassir Al-Qur’an. Penjelasannya diawali dengan sebuah definisi fungsional ~yang relatif baru~ tentang istilah ”Tafsir Al-Qur’an”, sebagaimana akan terbaca dalam buku ini. Oleh karena itu, buku ini juga dapat menjadi pengantar bagi mahasiswa yang hendak mempelajari ”Ulumul Qur’an” di fakultas-fakultas Agama, sehingga mereka dapat lebih mudah memilah pembahasan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang realible, selaras dengan perkembangan zaman.