Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa metode kritik hadis yang digunakan oleh salah satu ulama hadis kontemporer asal Yordania yang bernama Hasan bin Ali Assaqaf. Dan menjadikan dalam karyanya yang berjudul Tanāquḍāt Al-Albāni Al-Wāḍiḥāt (kontradiksi yang Nyata dari Al-Albani) sebagai pintu utama dalam analisisa metode dan standarisasi kritik hadis yang digunakan. Model penelitian ini adalah library research dengan menggunakan metode kualitatif yang disusun secara deskriptif, komparatif dan analitis.
Metodologi kritik hadi dari masa ke masa mengalami banyak perubahan baik dari segi istilah, ruang lingkup dan teknisnya. Metodologi yang telah dipakai oleh kritikus hadis bukanlah sama sekali tanpa krtitik, baik dalam periode ahli hadis terdahulu hingga kontemporer. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun (w. 808 H), Ahmad Amin (w. 1373 H) dan Abu Rayyah (w. 1389 H) bahwa para kritikus hadis terdahulu hanya fokus terhadap kualitas perawi dan terbatas pada penelitian isnād. Pendapat tersebut kemudian dibantah oleh Musthafa al-Siba’i (w. 1964 M), Ibn Shalah (w. 643 H), Nur al-Din ‘Itr dan Shalahuddin al-Adlabi, mereka mengatakan bahwa ulama hadis sama sekali tidak mengabaikan matan, sebab telah diformulasikan kaidah kesahihan matan sebagai metode kritik matan hadis. Bahkan menurut Musfir al-Damini, praktik matan hadis telah diaplikasikan sejak periode sahabat Nabi Muhammad Saw. Penjelasan tersebut menjadi fakta bahwa isu tentang keterpercayaan dan historisitas hadis masih jauh dari titik akhir penelitian. Terutama di era kontemporer saat ini, adanya banyak cara pandang dan ideologi juga mempengaruhi terhadap pola kritik hadis. Hasan bin Ali Assaqaf dan sarjana hadis lainnya menaruh kritik terhadap metode dan pemahaman al-Albani (w. 1999 M) dalam menilai hadis karena dianggap abai terhadap formulasi kritik hadis yang telah disepakati oleh mayoritas ahli hadis, selain itu al-Albani jua dianggap terlalu mudah untuk menilai hadis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasan bin Ali Assaqaf menggunakan langkah – langkah berikut dalam metode kritik sanad hadis; 1) menentukan i’tibār atau tawābī’ dan shawāhid riwayah hadis, 2) meneliti sanad dengan menggunakan kaidah kesahihan sanad hadis dan kaidah jarḥ wa al–ta’dīl, 3) memberi kesimpulan penilaian hadis. Sedangkan dalam kritik matan hadis, Assaqaf menggunakan langkah – langkah sebagai berikut: 1) membandingkan hadis dengan riwayah lainnya, 2) menggunakan kaidah kesahihan matan hadis, 3) menginterpretasi kandungan matan hadis, 4) memberikan kesimpulan penelitian hadis.
Secara garis besar, karakteristik metode Hasan bin Ali Assaqaf tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan oleh sarjana hadis kontemporer lainnya, seperti Abdul Basith Mazid, Ali bin Muhammad al-Alawi, Habiburrahman al-A’dzami dan Mahmud Said Mamduh. Namun distingsi yang menegaskan karakteristik metode Hasan bin Ali Assaqaf adalah penggunaan disimplin ilmu lain seperti pendekatan rasional dan pendekatan psikologis untuk menganalisa perkataan ulama kritikus hadis terhadap suatu rawi. Sehingga menjadi pola kajian baru dalam dunia kritik hadis kontemporer.