Naskah Asaling Sembahyang: Ajaran Islam dalam Bingkai Budaya Jawa

Naskah kuno merupakan warisan bangsa yang sarat dengan nilai-nilai berharga. Kehadirannya menjadi lampu di antara kegelapan sejarah. Dengannya sesuatu yang buram dapat terjelaskan dan sesuatu yang bengkok dapat diluruskan. Berbagai macam nilai budaya yang arif dan wawasan intelektual yang dalam dapat dijumpai dari isinya. Meski kusam fisiknya, namun indah dan berkilau di dalamnya.

Naskah Asaling Sembahyang yang tersaji dalam buku ini adalah salah satu naskah kuno berbahasa Jawa aksara pegon. Dengan ciri khas kejawaannya, naskah ini menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa pada abad XIX mengamalkan ajaran Islam. Diskusi tentang tauhid, syariat, dan tasawuf merupakan tema-tema yang terkandung di dalamnya. Sepintas memang seperti biasa saja, akan tetapi jika ditelisik lebih dalam ternyata naskah ini memberikan gambaran luar biasa tentang perkembangan Islam saat itu dan keterhubungannya dengan sejarah Islam secara keseluruhan.

Orang Jawa dengan segala corak budayanya tidak bisa dianggap begitu saja sebagai penganut ajaran kejawen. Naskah ini memberikan gambaran bahwa sesungguhnya pengamalan ajaran Islam di Jawa pada abad XIX tetap mengacu pada sumber-sumber Islam seperti al-Qur’an, Hadis, dan pendapat para ulama. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika Niels Mulder menyatakan bahwa kejawen adalah sebuah konsepsi khas kejawaan yang menggabungkan elemen-elemen mistik, kebatinan, dan ajaran agama. Apa yang kemungkinan dipahami oleh orang lain sebatas kulitnya, orang Jawa bersikeras memahaminya sampai bagian inti.

Perkara sahadat, salat, puasa, zakat dan ritual syariat lainnya dipahami bukan sekadar dari fisiknya. Syahadat tidak cukup diucapkan lisan, ia harus dimaknai secara mendalam bahwa dengan bersyahadat seseorang telah mengakui Allah sebagai satu-satunya realitas Abadi. Begitu juga dengan salat yang dimaknai dengan perjalanan ruh manusia menuju sang Khaliq. Semua pemaknaan itu tentu tidak terlepas dari konsepsi budaya Jawa yang melebur dalam ajaran Islam. Ketika orang lain menganggap hal demikian sebagai Islam Puritan, mungkin orang Jawa menganggapnya sebagai Islam yang baik.

Melalui buku ini, penulis berupaya menyajikan naskah Asaling Sembahyang dan nilai-nilai Islam Jawa yang terkandung di dalamnya. Selain segelintir tema-tema di atas, penulis juga menyertakan beberapa ulasan tentang ajaran manunggaling kawula gusti dan martabat tujuh yang selalu menjadi kajian Islam Jawa sepanjang zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *