Penelitian ini terinspirasi dengan kondisi dunia saat ini didominasi dengan pendidikan sekuler. Adapun bahaya pendidikan sekuler bagi kehidupan manusia adalah menghasilkan generasi-generasi yang
menghilangkan prinsip religi dalam kehidupannya. Untuk itu mengkaji Konsep Tafsir Tarbawi yang isinya jauh dari sekuler sangat perlu diberdayakan. Produk penelitian yang ditawarkan berupa format tema-tema penting dalam kajian tafsir tarbawi Qur’ani.
Pembatasan masalah dari penelitian ini adalah penafsiran pendidikan dalam pandangan Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi sebagai berikut: 1) Paradigma analisis tematis, yaitu mengumpulkan ayat-ayat dalam tema-tema Tarbawi. Untuk kemudian menganalisis dan menyimpulkannya sebagai cerminan jawaban Alqur’an dari permasalahan yang disebutkan, 2) Jenis penelitiannya menggunakan metode content analysis. Orientasinya pada pemikiran Induktif, yaitu menarik kesimpulan dari yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus.
Tujuan pendidikan yang diorientasikan Syekh Abdul Qadir Jailani adalah menuju pembersihan hati atau tazkiyyatun nafs, ini merupakan derajat yang tinggi dalam proses pendidikan. Materi pemikiran yang dikembangkan Syekh Abdul Qadir Jailani tentang ketarbiyahan menetapkan adab-adab dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus diperhatikan guru dalam memperlakukan muridnya. Pengajaran yang digunakan Syekh Abdul Qadir Jailani sering memberikan sandaran atas nama Allah (Alqur’an) dan Hadits Nabawi dalam paparan-paparannya. Kemudian beliau menunjukkan penekanan yang luar biasa akan pentingnya berpegang teguh dan istiqamah dalam ber-tauhidullah.
Ada dua hal yang melandasi inti ajaran pendidikan Islami, yaitu: (1) Berserah diri kepada Allah. Seorang muslim wajib menyerahkan segala hal kepada Allah, mematuhi perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya; (2) Mengingat dan menghadirkan Allah dalam kalbunya. Kedua hal ini, menurut Syekh Abdul Qadir, akan membawa seorang manusia senantiasa bersama Allah, sehingga segala aktivitasnya pun bernilai ibadah.
Syekh Abdul Qadir Jailani menerapkan tiga metode. Pertama, membuat pengajaran yang sistematis dan mengolah jiwa yang terarah. Kedua, memberi ceramah dan berdakwah kepada murid dalam rangka amar ma’ruf dan nahi munkar. Ketiga, kurikulum yang digunakan isinya harus meyakinkan secara ilmiah (‘ilmul yaqin), keyakinannya dapat dipertanggungjawabkan (‘ainul yaqin), dan kebenarannya meyakinkan secara pasti (haqqul yaqin).